Contoh Cerpen tentang persahabatan

Berlian Berhati Mutiara
By : Roihana Kartika Z
               Langit berhiaskan awan putih bersebaran indah di atas sana. Membentuk gambar-gambar indah, bak lukisan putih diatas kanvas biru. Hembusan angin yang menyejukkan hati yang damai ini. Dan pemandangan yang sebelumnya tidak pernah kupandang. Ini duniaku yang baru, yang lebih indah, yang lebih tenang. Disini kumulai lembaran baruku menjadi lebih berarti dan akan ku kubur dalam-dalam kenangan-kenangan buruk masa laluku, dan ku ganti dengan masa depan cerahku. Ya. Di Negara orang ini, di Negri Paman Sam ini Aku bisa mencapai impianku untuk menjadi seorang pengacara hebat dan bisa berdampingan dengan pengacara-pengacara hebat lainnya yang dulunya hanyaku idolakan. Semua ini berkat sahabatku yang selalu membantuku dan menyuportku untuk bisa mencapai impian terbesarku ini, yang sekarang mungkin sedang melihatku dengan senyuman paling manis yang di milikinya bersama Tuhan diatas sana.
***
            “ Sonya !!” seorang gadis yang mempunyai suara lembut memanggilku dengan sedikit berlari kecil mengejarku. Aku pun mulai menghentikan langkahku dan membalikan badan kearah suara tersebut. Dan ternyata benar dugaanku, dia adalah sahabat terbaikku yaitu bernama BERLIAN. Nama yang cantik dan cocok dengan wajah maupun hatinya. Dia adalah sahabatku dari Aku pertama masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Dia juga yang pertama kalinya mengajakku berbicara, sementara waktu itu Aku tidak mengenal seorang pun.Orangnya sangat asyik dan baik, dan dia dari keluarga baik-baik. Sayangnya, Ayah Berlian sudah tidak ada saat ia masih balita. Beliau sudah tidak ada karena sakit jantung yang diderita beliau sejak 5 tahun terakhir. Kini Berlian hanya tinggal bersama Ibu dan kakak laki-lakinya yaitu Boby. Kehidupannya yang rukun dan tercukupi pun tidak berubah saat ditinggal oleh Ayahnya, karena Ibu Berlian bekerja sebagai Dosen Matematika di Universitas terbagus se-provinsiku. Sedangkan  kakak laki-lakinya yang sekarang sedang melanjutkan sekolah ke Universitas yang sama, tetapi ia menekuni di bidang Kewirausahawan.
            “ Hai Lian, maaf aku meninggalkanmu di Taman tadi. Soalnya tadi tiba-tiba Kak Rinai mengajakku untuk melihat hasil foto-foto miliknya yang bagus dan menarik perhatianku untuk melihatnya, kamu tau sendirikan kalau yang berhubungan dengan Photografi itu, aku semangat sekali, hehe” Jelasku sambil menyeringai kepada Berlian yang terlihat kesal dan kelelahan mengejarku.
            “ Iya deh Son, aku maafin kamu. Tapi dengan syarat kamu traktir aku 2 sale pisang sekaligus ya di Bu Kantin nanti istirahat.” Muka yang tadinya kesal berubah menjadi bersemangat dan memohon kepadaku untuk membelikannya sale pisang Bu Kantin kesukaan Berlian. Aku pun mengiyakan dan sekalian lah untuk membalas kesalahanku tadi yang telah meninggalkannya sendirian di Taman. Kami pun menuju kelas 9A dengan bergandengan dan bercanda seperti layaknya 2 sahabat yang sedang akur-akurnya.
            Pyarr !!!! suara piring pecah menyambutku pulang dari sekolah. “KAMU YANG SALAH! GAK BECUS JADI ISTRI.” “Kamu Mas yang salah, kenapa kamu selalu menyalahkanku dan Mas tidak pernah mau mengalah.” Suara dangan tangis penuh isak terdengar. “Apa-apaan aku yang salah? justru kamu yang gak bener ngurus anak kamu itu!” suara yang tegas penuh amarah terdengar. “Anak aku juga anak mu Mas.” Seruan-seruan, terikan-terikan, bentakan-bentakan yang selalu kudengar saat aku pulang. Itu sudah terbiasa dalam rumah tangga kedua orang tua ku, memang akhir-akhir ini mereka sering sekali berantem karena Kakakku, Kak Jo sering pulang malam. Itu membuatku sedih dan rasanya ingin pergi dari rumah. Tetapi jika ku lakukan itu, akan menambah masalah dan membuat Ayahku semakin marah kepada Ibuku. Akhirnya aku tetap memutuskan untuk tinggal. Saat ku buka pintu, mereka pun kaget dan menghentikan pertengkaran sengit itu. Aku pun hanya menunduk dan menahan air mata ini jatuh sembari aku masuk ke kamarku yang berada dilantai 2. Kedua orang tuaku hanya memandangiku prihatin dan ketika melihatku sudah masuk ke kamar, mereka lalu mulai menyalahkan satu sama lain. Itu membuatku muak.
***
            “ Berlian, kamu tau, aku sedih banget kalo lihat Ayah sama Ibuku bertengkar setiap hari. Aku selalu pengen bisa bersamamu selalu Lian.” Aku menyeka ujung-ujung mataku.” karena hanya bersamamu hatiku merasa tenang dan damai, kamulah sumber inspirasiku” aku mengigit bibir. “Berlian apakah hidup ini adil? Apakah Tuhan adil?Tanyaku sambil terisak di pelukan Berlian. Belaian lembut Berlian kepadaku begitu damai, ia pun senyum mendengarkan ceritaku. “Jangan begitu Son, hidup didunia ini memang banyak sekali cobaan yang akan kita terima, dan kita harus bisa mengatasinya dengan tegar dan sabar. Tetaplah patuh kepada kedua orang tuamu Son, merekalah yang membimbingmu, mengajarimu, merawatmu hingga sebesar ini. Hargailah mereka. Buat mereka bangga sama kamu.” Berlian menghela nafas panjang-panjang. “Sonya, hidup itu sangat adil amat malah. Kadang kita dibawah, kadang pula kita diatas. Tuhan maha adil. Ingat itu Son, Tuhan Maha Adil” Terang Berlian dengan bijaknya kepadaku. Memang Berlian sahabat terbaikku. Selalu menyupoortku, memberi nasehat, temen curhat yang paling tepat. Tidak lupa ia juga yang sealu menghiburku saat seperti ini. “Oke Berlian ! akan aku buat kedua orang tuaku bangga kepadaku.” Berlian tersenyum.
            Disekolah....
            Brukk !!! tiba-tiba ada seorang yang menabrakku dan menjatuhkan buku-buku yang kubawa, berserakan dan berantakan seperti hatiku saat ini. Bukannya menolongku untuk mengambil dan membereskan buku yang berantakan, ia malah memarahiku dan mencaci-caciku. “ Gimana sih loe? Loe punya mata gak sih! Jalan aja gak becus!” lontaran kasar keluar dari mulutnya yang sedang mengunyah permen karet tanpa bersalah kepadaku. “Bukannya situ yang nabrak aku? Malah situ yang marah-marah.” Balasku dengan ketus sambil membereskan bukuku dan beranjak berdiri dari dudukku. Mulailah diantara aku dan dia, yang denger-denger bernama Nabilah, bercekcok dan sebelumku sempat meluncurkan tanganku ke pipinya, Berlian pun datang untuk melerai kita.
“ Udah-udah cukup ! kalian apa-apaan sih? Kayak anak kecil aja. Sekarang Sonya minta maaflah kepada Nabilah....” “Loh kenapa harus aku dulu Lian?” potongku kesal. “ Ayo Sonya lakukan saja, daripada masalahnya jadi tambah besar.” Perintah Berlian kepadaku. Dengan merasa terpaksa akhirnya pun aku meminta maaf kepada Nabilah. Yang diminta maafi malah tersenyum dengan sinisnya, dengan raut muka yang sepertinya mengejekku. Dan juga ajakan tanganku pun hanya disentuh diujung jarinya dengan sedikit menampar. Kutahan semua emosiku, menuruti apa yang diucap Berlian. Walau masih ada rasa kesal dalam hatiku.
Dikelas....
“Sonya, jangan sekali-kali ya kamu berhubungan dengan si Nabilah itu, apalagi bermusuhan. Kamu akan mendapatkan balasan lebih kalau saja tadi kamu memukulnya.” Bisik Berlian kepadaku yang masih dengan mulut mencucuku dan raut wajah cemberutku. “Emangnya kenapa Berliann, diakan bukan siapa-siapa.”  Jawabku kesal. “Kata siapa dia bukan siapa-siapa Son? Dia anak Kepala yang menanggung biaya Beasiswa di sekolah kita sekaligus pendiri sekolah ini.” “Apa? Gak salah denger nih aku?” kaget aku mendengar penjelasan dari Berlian. “Enggaklah Son, buat apa aku ngomong yang gak bener kekamu.” Tersontak aku pun langsung terdiam. Jadi tadi maksud Berlian menyuruhku untuk meminta maaf duluan gara-gara ini? Ya ampun. Untung saja tadi Berlian langsung datang, kalau tidak pasti bonyoklah muka si Nabilah dan itu bisa membuatku dikeluarkan dari sekolah ini.
Keesokann harinya, di Taman sekolah tempat yang biasa kudatangi bersama Berlian diwaktu jam istirahat maupun jam pulang. Tiba-tiba datanglah seorang yang bernama Nabilah itu kepada kita. Dia bersama Gang-nya yang terkenal se-sekolahan yaitu bernama Pretty Girls. Dia sebagai ketua di Gang itu.
“ Hey you! Jangan sekali-kali ya loe buat masalah lagi sama gue. Loe taukan akibtanya?! Apalagi kalian itu anak orang yang gak bener. RAKYAT JELATA!” Tersontak Aku reflex meluncurkan tanganku dan akan menamparnya setelah kalimat Nabilah meluncur dari bibir sadisnya itu. Tapi sebelumnya, seperti biasa Berlian mencegahku untuk jangan berbuat nekad kepada Nabilah. Dan aku terpaksa melepaskan dan memilih untuk tidak melakukannya dan pergi bersama Berlian. Walaupun rasa amarah dan kesal ada dalam hati kecilku ini disaat mendengar perkataan yang tidak sepatutnya Nabilah ucapkan. “Berliannn, kenapa kita hanya menghindar dan selalu mengalah? Kita juga punya hak, dan kita perlu membela diri kita sendiri An. Pihak sekolah tidak boleh membanding-bandingkan mana yang anak Kepala dan yang bukan. Kita disini semua sama dan mempunyai hak yang sama pula. Keadilan harus ditegakan disini Berlian!” ucapku seakan kuterbawa emosi dan mengungkapkan semua yang ada dipikiranku saat itu juga. “Iya Son, kamu memang benar. Tapi disini gak ada yang seperti itu, disini semua hanya memperdulikan dan membela anak Kepala. Semua takut dengan ancaman yang diberikan kepada guru-guru kita oleh Kepala. Oleh karna itu kita jangan sekali-kali berbuat masalah dengan Nabilah, walaupun hanya sedikit.” “Tapi an….” “ Udah Son, kamu ikuti saja apa kataku. Ini juga demi kebaikanmu.” Berlian tersenyum kepadaku dengan senyuman andalahnya yang membuatku merasa tenang. Dan aku pun hanya menurut saja apa yang diucapkan Berlian,itu juga demi kebaikan ku dan Berlian.
Sejak saat itu, Aku pun tidak pernah ada hubungan lagi dengan Nabilah. Demi kebaikanku dan Berlian.
Kini UAN pun semakin dekat. Aku dan Berlian sekarang lebih banyak bertemu untuk belajar bersama, karena sebelumnya kita lebih banyak untuk bermain. Ya namanya juga anak ABG, hehe. Waktu begitu cepat, UAN pun akan dilaksakan besok lusa. “Semoga Aku bisa mendapatkan nilai tertinggi Lian besok ! Kamu pun juga ya.. Aku ingin membuat orang tuaku bangga kepadaku. Dan dengan kuperoleh nilai tertinggi itu, sangat membantuku untuk bisa melanjutkan ke SMA favorit dan bisa kuliah di Jurusan Hukum. Aku ingin menjadi pengacara yang hebat seperti Laura Wasser, Fiona Shackleton, Stacey D. Phillips, dan masih banyak lagi. Itu cita-cita terbesarku. Membela kebenaran dan keadilan diatas ketidak adilan manusia-manusia zaman sekarang.” Kuucap dengan semangatnya dan penuh keyakinan dihadapan Berlian. “Pasti Son! Pasti kamu akan menjadi orang yang sukses nantinya, aku akan selalu berdoa untukmu. Dan pastinya, saat kamu udah sukses nanti, jangan lupakan sahabatmu ini yaa?” “Gak akan pernah Berlian, Kamu akan selalu ada didalam hatiku.” Kupeluk Berlian erat-erat.
***
Wisuda…
Aku pun mendapatkan nilai tertinggi di sekolahanku. Sedangkan Berlian yang kedua. Aku sangat bersyukur atas semua ini. Tidak sia-sia Aku belajar bersama Berlian selama ini. Walaupun dari pihak sekolah juga mengadakan les tambahan. Seneng banget rasanya menjadi yang terbaik diantara yang terbaik ditambah Ayah dan Ibukku kembali akur. Ayah ibukku sekarang bangga melihatku. Dan semenjak itu mereka tidak pernah lagi bertengkar lagi, dan Kak Jo pun lebih sering dirumah. Ia akan melanjutkan Kuliahnya jurusan bidang teknis. Dalam wisuda kemarin Ayah, Ibu, dan Kak Jo datang, dan tidak lupa dengan Ibunya Berlian dan Kak Boby yang sekarang sedang menginjak disemester 3.
“Akhirnya kita bisa lulus dengan nilai yang memuaskan ya Berlian. Terimakasih selama ini kamu selalu membantuku.” Ucapku sembari memuluk tubuh Berlian. “Iya sama-sama Sonyakuu yang kusayangiii. Aku juga makasih ya sama kamu dah mau jadi sahabat terbaikku.”  Kami pun hanyut dalam pelukan. Aku dan Berlian diberi beasiswa ke SMA favorite dengan jalur undangan. Aku senang sekali karena tidak berpisah dengan Berlian. Walaupun kita sudah lulus SMP.
Detik demi detik, menit demi menit, hingga tahun demi tahun pun kita lakukan bersama-sama. Suka duka kita jalani bersama, seperti segrombolan burung-burung yang sedang terbang dan diantara satu sama lain mereka tidak pernah berpisah dan saling tolong-menolong. Tiba-tiba diwaktu itu. Ya, diwaktu dimana aku mengalami hal yang tak kuduga sebelumnya. Disaat aku akan melaksanakan Lomba Debat PKN, disitulah mulai kurasakan ada yang berbeda. Ada yang berbeda dari diriku. Aku mulai merasakan pusing yang luar biasa sakitnya. Bak seribu jarum menusuk kekepala ini. Ditambah sakit yang kurasakan dibagian pinggang seperti ada yang meninju bertubi-tubi dengan kerasnya, dengan kuatnya. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Aku sangat bingung dan kesakitan beribu kali lipat. Dan saat itulah aku tidak sadarkan diri. Berbagai pertanyaan dan kecemasan ada dalam benakku. Bagaimana dengan omba debat PKN yang selama ini dipersiapkannya sangat matang? Bagaimana aku bisa jadi begini? Bagaimana nanti Berlian melihatku dengan keadaan begini? Bagaimana dengan orang tuaku? Kak Jo? Beribu pertanyaan melayang-layang dipikiranku.
Sonyaa..Sonyaa… banguunn. Kamu gak boleh jadi gini. Gak bolehh…” Teriak Berlian saat tubuhku dibawa dengan ranjang berjalan menuju ruang UGD. “Sonyaaa bangunnnn” Tangisan Berlian semakin kencang. Tubuhku yang jatuh tak berdaya sudah sampai didepan ruang UGD. “Maaf dek, sementara adek tunggu diluar ya.” Ujar salah satu suster yang tadi juga ikut mendorong tubuhku. “Tapi sus, saya sahabatnya. Gak mungkin meninggalkannya sendirian disana.” “Maaf dek, tidak bisa.” Jlegg.. pintu ditutup. Berlian masih dengan air mata yang bercucuran duduk di lantai sendirian. Bingung dengan keadaan sahabat terbaiknya. Mengapa bisa seperti ini? Sedihh, teramat sangat malah. Membayangkan sahabat terbaiknya jatuh sakit tanpa sebab. Dan kenapa harus sahabatanya bukan dirinya? Rasa yang bercampur aduk tak karuan ada di dalam hati Berlian. Tak lama kemudian Ibu, Ayah, dan Kak jo pun datang bersama Ibu Berlian dan Kak Boby. Datang dengan paniknya, bingung kenapa bisa terjadi secara tiba-tiba. “Gimana keadaan Sonya, Lian?” Tanya Ibuku dengan cemas dan menangis kepada Belian yang belum juga berhenti menangis. Berlian hanya menggelengkan kepalanya. “ Ya Tuhann, kenapa ini semua bisa terjadi? Apa rencana yang engkau akan berikan kepada keluarga kami?” ucap Ibuku sambil menangis. Terlihat Ibu Berlian tampak simpatik dan prihatin. Beliau mencoba menenangkan Ibuku, sedangkan Ayah, Kak Jo, dan Kak Boby hanya diam senyap.
Satu setengah jam berlalu.
Jlegg… pintu ruang UGD terbuka. Dan muncullah sosok dokter dari mulut pintu menuju kearah kami. Dengan ditemani 2 suster yang salah satu darinya tadi mencegah Berlian untuk masuk. Dengan panik Ibuku menanyakan keadaanku kepada dokter. Dokter hanya menyuruh kedua orang tuaku masuk keruangannya. Ibu Berlian pun juga ikut. Sementara Berlian lebih memilih untuk menungguku dengan ditemani Kak Jo dan Kak Boby. Berlian menangis sepanjang waktu, tanpa henti. Walaupun tidak bersuara. Ia menangis didalam hatinya. Hatinya yang sangat sedih melihat sahabat terbaiknya jatuh tak berdaya di ranjang. Memegang erat tanganku sambil mengucapkan beberapa doa untuku.
***
Ternyata oh ternyata. Aku mengidap penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal stadium ke-3. Yang membuat ginjal sebelahku harus diangkat dan diganti. Aku masih berada di rumah sakit. Opname selama seminggu lebih. Dan Ayah ibuku bingung mencari pendonor ginjal yang mau dan cocok untuk ginjalku. Karenanya ginjal Ayah, Ibu, dan Kak Jo tidak ada yang cocok untukku.
Setelah beberapa minggu mencari pendonor, akhirnya dapat dan langsung aku melakukan operasi pada ginjalku. Aku tak tau siapa yang mendonorkan ginjalnya untukku. Tetapi aku sangat berterimakasih kepadanya. Operasi berjalan dengan sukses. Aku kembali kerumah walaupun belom boleh masuk sekolah. Butuh beberapa hari untuk pemulihan. Dn sampe hari pertama aku pulang dari rumah sakit, aku tidak menjumpai Berlian. Ah mungkin dia lagi sekolah dan belom pulang. Paling nanti kerumah bawa buah kesukaanku, pisang haha. Tapi kok sampai sore sekarang Berlian belum juga kerumah? Kemana dia. Gak biasanya Berlian begitu. Aku pun bertanya kepada Ibuku, ia hanya menjawab “Tunggu saja son, ia pasti datang.” Ucapan Ibu membuatku lebih cukup tenang. Tapi kok sampai malam ini Berlian belum juga datang? Aku pun memutuskan untuk meminta izin kepada Ibu untuk berkunjung ke rumah Berlian. Ibu member izin dengan syarat ditemani Kak Jo. Aku pun kerumah Berlian bersama Kak Jo. Walaupun begitu Ibu tetap merasa cemas.
Tok tok tok. Ku ketuk pintu rumah Berlian. Terdengar dari dalam suara Ibu Berlian menanggapi suara pintu.
“ Iya sebentar. Ohh nak Sonya. Kenapa kemari nak? Kamu perlu istirahat yang cukup dulu.”
 “Saya mau bertemu dengan Berlian Tante, ada kan?”
“Oh ada Sonya, ayo masuk dulu. Ayo silakan nak Jo”
“Iya, Tan.” Jawab Kak Jo. “Bentar, tante panggilkan Berlian dulu ya.” Aku pun hanya mengangguk.
Muncullah Berlian dan Kak Boby dari dalam rumahnya. Berlian terlihat sedikit berbeda, iya berbeda. Berlian Nampak pucat dan lemas. Walaupun dengan kepucatan dan lemasnya ia tutupi dengan senyuman manisnya. Semetara itu Kak Boby dan Kakakku ngobrol diteras rumah Berlian. “Hai Sonya! kamu udah baikan kan?” Tanya Berlian sambil duduk disebelahku. “Iya, udah kok Lian. Kenapa kamu gak kerumah sih? Aku tunggu-tunggu loh.” Ujarku cemas. “ Maaf ya, aku dari kemarin agak gak enak badan, sampe –sampe gak berangkat sekolah. Maaf ya cuyungkuu.” Berlian mencubit pipiku ini yang tidak bersalah. “Iya dehh Lian. Kok tumben banget kamu sakit gini?” “Iya nih gak tau son.”Aku curiga dengan Berlian, ia tidak biasanya sakit hingga 2 hari. Ah tak apalah, mungkin ia kecapekan setelah menunggu kemarin di Rumah Sakit.
Dua Bulan semenjak aku pulang dari rumah. Kujalani hari ku dengan seperti biasa. Tetapi kenapa Berlian Nampak begitu aneh akhir-akhir ini. Ia sekarang sering minum obat atau apa itu tidak jelas setiap 2 kali sehari. Aku mencoba bertanya tapi iya hanya menjawab bukan apa-apa kok Son. Sambil tersenyum.
***
Gawattt…. Sekarang malah gantian Berlian yang jatuh sakit. Ia dibawa kerumah sakit saat ia jatuh dari tangga sekolah karena pingsan. Dan langsung dibawa ke ruang UGD. Aku membawanya bersama guruku. Aku sangat panik. Amat sangat. Mungkin lebih panik daripada Berlian saat mengantarku ke Rumah Sakit. Aku menahan air mataku. Aku tidak akan sedih dihadapan Berlian. Seperti biasa, suster mencegah untuk tetap diluar. Aku bersama dengan guruku pun manunggu diruang tunggu. Bingung, cemas, sedih, bercampur jadi satu di dalam benakku. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Berlian? Mengapa secara tiba-tiba? Mengapa ya Tuhann?
Ibu Berlian datang dengan panik selayaknya orang tua yang kehilangan anak yang dicintainya. Datang bersama Ibu dan Ayahku. Kali ini Kak Jo tidak ikut. Ktanya nanti akan menyusul bersama Kak Boby setelah selesai kuliah. Ibu Berlian mencoba tenang dan sabar. Ibuku ikut menangkannya. Beberapa saat kemudian Dokter keluar dari Ruang Unit Gawat Darurat. Dokter terlihat sendiri. Tak ada suster yang menemanianya. Dengan raut wajah yang slelah dan berkeringat. Dokter menyuruh Ibu Berlian dan Kedua orang tuaku masuk keruangannya. Aku pun langsung masuk keruangan Berlian. Terlihat 2 suster yang dulunya ikut keluar bersama dokter, sekarang mereka sedang membersihkan Berlian, menutup tubuh Berlian dengan Selimut. Apa maksudnya? Apa yang terjadi? “
“ Sus kenapa sahabat saya ditutup wajahnya? Kenapa ? Dia kan gak kenapa-napa kan sus? Jawab!” “Sabar ya dek, Sahabat adek sudah tenang bersama Tuhan.” “Ha? Apa kata suster? Tenang bersama Tuhan? Suster gak salah ngomong kan?” Tersontak aku kaget mendengar ucapan Suter tersebut. Aku tidak percaya. Sangat tidak percaya. Air mata muali jatuh dari mataku. Mengalir dipipiku makin deras makin deras. Sahabatku yang slama ini bersamaku, main bareng, bercanda bareng, susah bareng, sekarang udah gak ada? Ya Tuhan, bagaimana bisa? “BERLIAANNNN, BANGUNNN ! AYOO KITA MAIN LAGI. Bangunn Berliann.” Ya Tuhan.. Kenapaa? “BERLIAAANNN” Kak Jo dan Kak Boby yang barusan datang langsung bingung dengan keadaan didalam ruangan itu. Kak Jo menenangkanku, sedangkan Kak Boby masih tidak percaya dengan meninggalnya adik kesayangannya. Iya menangis.
Ibu Berlian dan kedua orang tuaku masuk kedalam ruangan. Menceritakan semua yang diceritakan dokter selama ini. dan aku tidak mengetahuinya sama sekali. Ternyata, ya ternyata! Ginjal yang berada di badanku ini milik Berlian. Ia mendonorkannya untukku. Ya Tuhan betapa mulia dan baiknya hati Berlian. Sebenarnya Berlian belum cukup umur untuk mendonorkan organnya, tetapi Berlian sangat ingin mendonorkannya untukku. Meminta izin berkali-kali, setiap saat kepada orang tuanya. Walaupun sudah dilarang tetapi ia tetap melonjak untuk itu. Akhirnya pun Berlian diizinkan oleh Ibunya walaupun dengan berat hati. Dan Berlian meminta kepada siapa saja jangan beri tahu ini kepadaku. Dan akhirnya proses operasi berjalan dengan lancer.
Akantetapi, Berlian dan keluarganya tidak mengetahui resiko yang akan diterima oleeh Berlian. Berlian ternyata belum kuat hanya dengan satu ginjalnya. Itu sebabnya yang menjadikan Berlian sudah tidak ada. Ya Tuhann betapa mulia hati Berlian kepadaku. Kudoakan selalu kau sahabatku, semoga kau selalu bahagia disana dan hidup senang selamanya. Kebaikan seorang Sahabat terhadap sahabat yang lain, itu sangat berharga dan tidak ternilai harganya. Hingga seorang sahabat rela mengorbakan nyawanya demi sahabta terbaiknya. TERIMA KASIH BERLIAN. KAU AKAN SELALU ADA DIHATI KECILKU YANG TAK BERDAYA INI. DAN AKAN KUJAGA GINJALMU INI SEBAIK MUNGKIN, AKU AKAN MERAIH CITA-CITAKU DEMI KAMU, BERLIAN….
***

Aku akan sukses disini Berlian. Seperti apa yang kuinginkan dulu. Dan berkat doamu aku bisa sampai saat ini. I Love You Berlian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar